PLANTATION BENEFITS


Minggu, 16 Mei 2010


Budidaya Jenitri


Jenitri, adalah tumbuhan atau tanaman yang belum begitu dikenal oleh masyarakat luas, yang mempunyai beberapa kelebihan dibanding tanaman lainnya.
Kelebihan tanaman Jenitri, selain mempunyai manfaat bagi lingkungan juga mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi, terutama buah atau bijinya yang ternyata menjadi salah satu komoditi export. Hal itu yang menjadikan tanaman Jenitri mulai diminati oleh masyarakat untuk dibudidayakan pada lahan-lahan pekarangan.
Hasil penjualan biji Jenitri telah mampu mengubah kondisi ekonomi orang-orang yang sebelumnya pas-pasan, kini setelah menjadi pembudidaya Jenitri mereka beromzet jutaan rupiah setiap kali panen dari beberapa puluh pohon Jenitri yang dirawatnya dengan tekun.
I. Mengenal Jenitri.
Jenitri/Ganitri/Rudraksha/Elaeocarpus ganitrus, adalah tumbuhan atau tanaman yang mempunyai ciri-ciri batang pohon dan cabang-cabangnya berkayu, dengan tinggi pohon sekitar 10-15 meter untuk Jenitri jenis lokal dan sekitar 4-6 meter untuk Jenitri jenis super setelah tanaman mencapai umur kurang lebih 4 tahun.
Pohon Jenitri dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, dari dataran rendah hingga lereng perbukitan. Pohon Jenitri yang tumbuh di tanah yang subur akan tumbuh dengan cepat dengan cabang dan daun yang rimbun.
Daun Jenitri mempunyai ujung agak runcing, bergerigi, tangkai daun sekitar 0.5 cm lebar daun sekitar 4 cm dan panjang hingga 16 cm, berwarna hijau ketika masih segar dan secara bertahap akan berubah menjadi hijau kemerahan hingga merah seluruhnya setelah daun menjadi tua dan kemudian gugur.
Bunga Jenitri bunga majemuk, bentuk malai, di ketiak daun, mempunyai tangkai 0,5 cm, daun kelopak bulat telur memanjang, agak runcing, warna hijau pucat atau kemerahan, dari luar berambut, daun mahkota warna kuning atau putih kehijauan.
Buah Jenitri pada umumnya mempunyai bentuk bulat bola, kulit buah halus warna hijau ketika masih muda dan biru tua ketika buah sudah tua. Besar kecilnya buah bervariasi, dengan diameter buah antara 0,5 cm hingga 2 cm. Bila kulit buah terkelupas, tampak biji Jenitri dengan batok yang bergerigi bagian luarnya, mempunyai relief seperti biji pepaya. Biji Jenitri yang sudah tua dan kering mempunyai batok sangat keras dan tahan untuk disimpan dalam waktu yang relatif lama.
II. Nilai Ekonomi.
Tanaman Jenitri, terutama buahnya yang sudah tua mempunyai nilai jual yang lumayan tinggi. Setelah buah dipetik dan diproses, hingga kulit buah mengelupas dan tinggal bulatan batok biji yang bersih dari kulit buah. Setelah biji dikeringkan, biji siap untuk dijual. Biji Jenitri yang berkualitas bagus, tidak hanya laku dijual di pasaran domestik tetapi juga untuk export.
Buah atau biji Jenitri diperlukan oleh kalangan industri bahan penyamak kulit dan bahan penelitian obat. Biji Jenitri juga digunakan untuk kelengkapan alat peribadatan umat, diantaranya sebagai alat hitung doa, tasbih (Islam), Rosario (Nasrani) dan Mala atau keperluan lainnya (Hindu).
Hasil produksi Jenitri Indonesia sebagian diexport ke India. Menurut sebuah sumber, biji Jenitri dari Indonesia yang masuk ke India mencapai nilai sekitar Rp 500 miliar per tahun.
Menurut pengalaman para pembudidaya Jenitri, sebatang pohon Jenitri yang terawat dengan baik bisa menghasilkan buah atau biji sekitar 5.000 hingga 6.000 butir pada panen perdana. Buah atau biji sejumlah itu terdiri dari klasifikasi nomor 1 hingga nomor 11, yang merupakan klasifikasi untuk menentukan harga dalam perdagangan biji Jenitri.
Klasifikasi nomor tersebut ditentukan berdasarkan ukuran diameter biji, dari 5 mm hingga 10 mm. Biji Jenitri nomor 1 mempunyai harga tertinggi. Semakin besar nomornya harganya semakin rendah.
Nomor 1 diameter < 5 mm harga jual dihitung per butir.
Nomor 2 diameter > 5 s/d 5,5 mm harga jual dihitung per butir.
Nomor 3 diameter > 5,5 s/d 6 mm harga jual dihitung per butir.
Nomor 4 diameter > 6 s/d 6,5 mm harga jual dihitung per butir.
Nomor 5 diameter > 6,5 s/d 7 mm harga jual dihitung per butir.
Nomor 6 diameter > 7 s/d 7,5 mm harga jual dihitung per butir.
Nomor 7 diameter > 7,5 s/d 8 mm harga jual dihitung per butir.
Nomor 8 diameter > 8 s/d 8,5 mm harga jual dihitung per butir.
Nomor 9 diameter > 8,5 s/d 9 mm harga jual dihitung per butir.
Nomor 10 diameter > 9 s/d 9,5 mm harga jual dihitung per kg.
Nomor 11 diameter > 9,5 s/d 10 mm harga jual dihitung per kg.
Selain diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter biji, penentuan harga dalam perdagangan biji Jenitri juga berdasarkan pada jumlah Mukhi yang dimiliki oleh biji Jenitri. Mukhi adalah lekukan atau garis membujur yang ada pada biji Jenitri.

III. Manfaat Jenitri.
Tanaman Jenitri mempunyai banyak manfaat baik bagi lingkungan maupun bagi masyarakat. Meskipun baru sebagian kecil yang mengetahui dan memanfaatkannya.
Pohon Jenitri bisa ditanam untuk menghijaukan lereng-lereng bukit yang gundul. Disamping sebagai penahan tanah supaya tidak mudah longsor, juga untuk melindungi kesuburan tanah.
Pohon Jenitri juga bisa ditanam di sepanjang tepian jalan-jalan desa serta perkotaan sehingga akan menambah asri lingkungan. Pohon yang tinggi dan cabangnya yang rimbun bisa menjadi peneduh untuk menghalangi sengatan terik matahari bagi orang-orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan.
Pohon Jenitri bisa menjadi pilihan untuk ditanam di taman-taman kota, lingkungan pabrik-pabrik dsb. Selain bisa menjadi peneduh juga menjadi paru-paru lingkungan. Tanaman Jenitri berfungsi menghisap polutan yang berhamburan di udara akibat buangan gas dari cerobong pabrik-pabrik maupun dari knalpot kendaraan bermotor pada daerah yang mempunyai jalur padat kendaraan bermotor. Polutan yang berhamburan di udara bisa menurunkan kualitas udara sampai pada batas yang bisa mengganggu kehidupan.
Disamping menghisap polutan yang berhamburan di udara, tanaman Jenitri secara alami menghasilkan oksigen yang akan meningkatkan kualitas udara menjadi lebih baik.
Selain bermanfaat bagi lingkungan, oleh karena biji jenitri mempunyai nilai jual yang lumayan tinggi maka buah yang dihasilkan bisa dijual untuk menambah kas RT/RW pada lingkungan tersebut.
IV. Budidaya Jenitri.
Masih terbukanya pasar export biji jenitri menandakan bahwa membudidayakan Jenitri masih prospektif. Peluang masih terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin mencoba menggeluti budidaya tanaman yang satu ini.
Budidaya Jenitri bisa dilakukan pada lahan pekarangan sekitar rumah meskipun hanya muat 1 s/d 5 pohon. Atau lahan-lahan kosong yang kurang produktif bahkan ada yang membudidayakan pada lahan persawahan.
1. Pemilihan Bibit.
Bibit Jenitri yang akan ditanam sebaiknya dipilih dari bibit hasil cangkokan batang dari pohon jenis super yang sudah pernah berbuah. Atau bibit Jenitri dari hasil sambung antara batang hasil semaian biji dengan pucuk batang yang berasal dari bibit jenis super yang sudah pernah berbuah. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Bibit hasil cangkokan biasanya akan bisa berbuah relatif lebih cepat dari pada bibit hasil sambung, tetapi kurang kokoh jika menghadapi terpaan angin yang kencang karena tidak mempunyai akar tunjang.
Bibit hasil sambung lebih kokoh jika menghadapi terpaan angin yang kencang tetapi berbuah relatif lebih lamban dari bibit hasil cangkokan.
Menurut pengalaman pembudidaya, bibit jenis super hasil sambung rata-rata akan mulai berbuah dalam waktu 12 bulan dmt (dari mulai tanam), apabila tanaman dirawat dengan baik. Bahkan ada yang berumur 10 bulan dmt sudah mulai berbuah.
2. Cara tanam.
Untuk menanam bibit Jenitri pada lahan pekarangan sekitar rumah, menyesuaikan dengan situasi yang ada di sekitar rumah.
Untuk menanam bibit Jenitri pada lahan yang luas, atur jarak tanam antar pohon bibit Jenitri sekitar 6 meter (6 x 6 meter) supaya tanaman terlihat rapih dan cabang tidak saling bersinggungan.
Gemburkan tanah selebar PxLxT = 50x50x50 cm pada titik dimana bibit Jenitri akan ditanam. Campurkan pupuk NPK PONSKA sebanyak 2 sendok makan atau sesuaikan dengan kesuburan tanah, aduk-aduk hingga merata. Apabila kondisi tanah kering, tanah disiram air supaya pupuk larut dalam tanah, biarkan 2 atau 3 hari supaya pupuk benar-benar meresap kedalam tanah.
Siapkan bibit Jenitri yang akan ditanam pada sore hari dimana panas matahari mulai menurun. Gemburkan lagi tanah tempat bibit akan ditanam. Buatlah lobang selebar polybag dengan kedalaman tinggi polybag bibit ditambah 5 cm. Masukkan polybag bibit kedalam lobang, guntinglah polybag menjadi beberapa bagian dengan hati-hati dan tariklah guntingan polybag keluar lobang. Timbun lobang dan padatkan dengan hati-hati. Pasang ajir (pathok) dari bambu, ikat batang bibit Jenitri dengan ajir jangan terlalu kuat untuk penahan agar bibit Jenitri tidak roboh diterpa angin atau yang lainnya.
3. Perawatan.
Setelah bibit Jenitri ditanam, lakukan pengontrolan secara periodik setiap hari atau beberapa hari sekali. Periksalah pohon demi pohon, amati, apakah tanaman mengalami pertumbuhan dengan baik atau sebaliknya.
Adakah hama yang mengganggu tanaman Jenitri. Kalau ada, lakukan pemberantasan. Bersihkan rumput-rumput di sekitar pohon yang dapat mengganggu pertumbuhan pohon Jenitri. Siram air bila tanah mengering tak ada hujan.
Berikan pemupukkan setiap sebulan sekali dengan pupuk NPK PONSKA dengan dosis meningkat dari waktu ke waktu, sesuaikan dengan umur dan pertumbuhan tanaman hingga tanaman berumur 7 bulan.
Lakukan penggemburan tanah di sekitar pohon dengan cangkul, hati-hati jangan terlalu dalam, jangan sampai terkena akar Jenitri hingga akar rusak terkena cangkul.
Setelah tanaman berumur 7 bulan, lakukan pengeratan pertama pada batang pohon, melingkar seperti cincin selebar sekitar 0,5 cm seperti mau mencangkok (keratan jangan menembus kayu), letak keratan pada ketinggian 30 cm dari permukaan tanah. Hal itu dilakukan sebagai pancingan supaya tanaman lebih cepat berbunga.
Pengeratan kedua dilakukan apabila pengeratan pertama sudah tertutup kulit dengan sempurna dan belum keluar bunga. Pengeratan kedua dilakukan dengan cara seperti pengeratan pertama, letak keratan pada ketinggian 5 cm dari pengeratan pertama.
4. Penanganan saat berbunga.
Apabila perawatan tanaman Jenitri dilakukan dengan tepat, pada saat tanaman Jenitri berumur 10 s/d 24 bulan atau rata-rata 12 bulan dmt, tanaman Jenitri akan mulai keluar bunga. Tetap lakukan pemupukan periodik sebulan sekali. Gantilah pupuk NPK PONSKA dengan NPK MUTIARA.
Bunga akan bermunculan pada dahan dan ranting tidak secara serempak, melainkan secara bertahap. Ketika sebagian besar bunga mulai mekar (kemapuk), lakukan pengeratan pada batang pohon melingkar seperti cincin selebar sekitar 1 cm. Pengeratan pohon kali ini mempunyai maksud supaya bunga tidak rontok dan membentuk buah agar butiran bijinya menjadi kecil-kecil. Karena butiran biji yang kecil yang nilai jualnya tinggi.
Bunga yang mekar, beberapa hari kemudian akan menjadi pentil (buah muda) yang berwarna hijau, hingga kemudian secara berangsur-angsur warna kulit buah berubah menjadi biru, pertanda bahwa buah sudah tua.
Dari bunga hingga menjadi buah yang tua siap untuk dipanen, kurang lebih memakan waktu 3 bulan.
Umumnya tanaman Jenitri berbuah sekali dalam satu tahun atau satu musim. Namun jika dilakukan perawatan dengan baik dan tepat, tanaman Jenitri dapat berbuah sepanjang tahun secara susul menyusul, maksudnya pada saat bunga pertama sudah menjadi buah, keluar lagi bunga berikutnya dan seterusnya.
5. Panen.
Pematangan buah yang ada di pohon ditandai dengan berubahnya warna kulit buah dari hijau berangsur menjadi biru akan berlangsung secara bertahap (tidak serempak). Sehingga cara pemanenan buah Jenitri juga dilakukan secara bertahap dengan cara memilih buah yang sudah tua untuk dipetik.
Kemudian buah disortir menurut besar kecilnya diameter. Setelah itu dilakukan proses pengelupasan kulit buah untuk memperoleh biji Jenitri yang baik. Penyortiran dilakukan supaya batok biji yang lebih kecil tidak rusak oleh gesekan batok biji yang lebih besar. Setelah biji bersih dari kulitnya, jemur pada panas matahari dan bolak balik agar kekeringan yang merata. Setelah itu biji Jenitri siap untuk dijual.
Bahkan jika para pedagang Jenitri tahu ada Pohon Jenitri yang lebat dengan buah yang sudah tua, mereka akan datang sendiri melakukan penawaran untuk membelinya.
(Diolah dari berbagai sumber)

1 Upplod 2 Uppload
5 Uppload 4 Uppload


Mengolah Buah Ganitri, Raih Omzet Ratusan Juta Rupiah

Peluh membasahi tubuh Komari usai menebang 20 pohon kelapa di halaman rumahnya. Aksi tebang pohon berumur 70 tahun itu keruan mengundang tawa warga Desa Dongdong, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Kelapa yang serbaguna itu tumbang satu per satu. Di bekas lahan kelapa itulah ia menanam 73 bibit ganitri.
Empat tahun usai aksi tebang pohon itu, pada Juni 2002 orang-orang yang dulu menertawakan terperangah. Ketika itu Komari menuai 30 kg buah ganitri hanya dari 8 pohon. Omzet yang diraih Komari mencapai Rp8-juta.
<i>Elaeocarpus sphaericus</i> (640Wx480H) -
‘Memanen biji ganitri jauh menguntungkan dibanding kelapa,’ ujar pria kelahiran Cilacap 31 Desember 1925 itu. Bila sebatang kelapa menghasilkan 10 buah per bulan, ia paling-paling mengantongi Rp10.000 per pohon. Di kota minyak itu harga sebuah Cocos nucifera hanya Rp1.000.
Pendapatan itu lebih kecil ketimbang hasil penjualan ganitri, ‘Panen perdana satu pohon ganitri menghasilkan Rp250.000-Rp1,3-juta. Itu belum termasuk panen susulan,’ kata pensiunan perangkat desa itu. Tinggi rendahnya pendapatan itu lantaran ukuran biji yang tak seragam dari setiap pohon. Padahal, biji klitri-sebutannya di Madura-dihargai berdasarkan ukuran. Semakin kecil ukuran biji, kian tinggi harganya.
Naik terus
Menurut Komari, ‘Dari satu pohon belum tentu ada yang berukuran kecil.’ Biji ganitri dikelompokkan dalam 11 nomor, nomor 1-ukuran diameter 5 mm-adalah yang terkecil dan termahal. Nomor berikutnya setiap kenaikan 0,5 mm. Kelas 1-9 dihargai per butir, sedang nomor 10 dan 11 dihargai per kilogram.
Sejak pamornya naik, harga itu tak pernah turun, bahkan terus naik. Pada 1960 harga sebuah biji kelas 1 Rp0,5; sekarang, Rp152. Bandingkan dengan harga biji kelas 10 berukuran 9,5 mm mencapai Rp11.000 per kg; nomor 11 berukuran di atas 10 mm, Rp2.000 per kg. Setiap kenaikan diameter 0,5 mm, harga semakin turun. Harga sebuah biji nomor 9 ukuran 9 mm- Rp10.
‘Kelihatannya murah, tapi bila diakumulasikan bisa mencapai jutaan rupiah per pohon,’ papar ayah 3 anak itu. Dari sebuah pohon, biji yang termasuk kelas 1-9 tak sampai 20%. Pada panen perdana ketika pohon berumur 4 tahun, produksi mencapai 350.000 butir. Pekebun memanen buah pada September-Februari.
Varietas yang dibudidayakan Komari berproduksi ketika berumur 2 tahun; jenis lokal, umur 6-7 tahun. Batang varietas super lebih pendek sehingga memudahkan panen. Jenis super berumur 4 tahun tingginya 4 meter; lokal, 10-15 meter. Nah, jenis super itu lebih banyak menghasilkan biji kelas 1- 9. Dengan jarak tanam 6 m x 6 m, populasi ganitri di lahan 1 ha mencapai 120 pohon. ‘Setengahnya sudah berbuah dan siap panen 2 bulan mendatang,’ kata pria 72 tahun itu.
Di Desa Dongdong, Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Komari bukan satu-satunya pekebun ganitri. Saat ini terdapat 70 pekebun yang membudidayakan pohon anggota famili Elaeocarpaceae itu di Cilacap. Setelah Komari sukses meraup laba besar, mereka ingin mengikuti jejaknya. Rata-rata mereka menanam 2-10 pohon mata dewa alias ganitri di pekarangannya.
Belum dikebunkan
Untuk apa biji ganitri itu? Pemeluk agama Hindu menggunakan biji ganitri sebagai sarana peribadatan. Biji-biji itu diuntai membentuk rangkaian seperti tasbih bagi penganut Islam atau rosario bagi kaum Nasrani. Itulah sebabnya pasar terbesar biji ganitri ke India dan Nepal. Negara di Asia Selatan itu penganut Hindu terbesar. Tak hanya itu, ganitri dipercaya berkhasiat obat berbagai penyakit (baca: Mata Siwa Penyapu Polutan halaman 116).
Di Indonesia ganitri lebih dikenal sebagai pohon pelindung. ‘Tak banyak orang Indonesia yang mengebunkannya,’ tutur Soma Temple, pengusaha ganitri di Bali. Itulah sebabnya Soma kadang-kadang kesulitan mencari bahan baku dan harus mengimpor dari India dan Nepal. Di bawah label Aum Rudraksha, ia rutin memasarkan minimal 100 mala alias tasbih ganitri ke Australia, Jepang, dan Italia. Harga termurah berkisar Rp50.000-Rp80.000. Jika menginginkan desain khusus, harganya lebih mahal.
Selain di Cilacap, sentra penanaman ganitri juga ada di Desa Gadungrejo, Kecamatan Klirong, Kebumen, Jawa Tengah. Menurut staf Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Kebumen, Supono, total penanaman 35 ha dengan produksi per ha mencapai 1,9 ton. Kasimun dan Jasmin, membudidayakan masing-masing 18 dan 8 pohon jenis super di lahan 1.875 m2 dan 200 m2.
Panen perdana 3 pohon milik Jasmin berlangsung pada April 2007. Ia menuai 6.000 biji kelas 5, 5.000 biji (4), 3.000 biji (3), 2.000 biji (2), dan 750 biji (1). Sisanya masuk nomor 10-11. Dari penjualan itu Jasmin mengantongi Rp2,1-juta. Ia pun berhasrat menambah populasi pohon hingga 20 batang.
Laba itu memang terbilang besar. Sebab, biaya pemeliharaan sebatang pohon rudraksa relatif kecil. Komari hanya menghabiskan Rp7.500 per pohon per tahun. Dana itu untuk pemupukan dan penyiraman. Artinya, dari 3 pohon milik Jasmin yang sudah berproduksi, menelan biaya Rp22.500. Harga sebuah bibit sambung susu Rp100.000. Hasilnya mencapai jutaan rupiah dalam setahun.
Palsu
Bukan berarti usaha Kasimun selalu mulus. Awal menanam 40 bibit sambung susu yang didatangkan dari Cilacap mati menyisakan 18 batang saja. Kerugian yang dideritanya sekitar Rp2-juta. ‘Bibit patah karena tak tahan diterpa angin,’ kata Kasimun. Tak mau mengulangi kisah pahit itu, ia selalu memberi ajir setiap bibit yang baru ditanam dengan bambu sampai umur 1,5 tahun. Hama yang ditemui biasanya berupa ulat cokelat yang makan dan bersarang di dalam batang muda. Akibatnya tanaman kering dan mati. Jika hambatan teratasi, peluang bisnis ganitri masih terbentang.
Biji Elaeocarpus ganitrus dapat dijual dalam keadaan basah maupun kering. Namun, kebanyakan pekebun menjual kering lantaran keuntungan lebih besar. Dalam keadaan basah, biji kelas 1 dapat digolongkan nomor 3 karena kulit pembungkus biji cukup tebal. Apalagi mengupas kulit buah mudah dilakukan. Pekebun biasanya merebus buah ganitri dalam air mendidih selama 2 jam. Setelah kulit luar melunak, pekebun membersihkan dan menjemurnya selama 18 jam.
Pekebun seperti Komari menyetorkan biji kering kepada eksportir di Jakarta. ‘Berapa pun volumenya diambil,’ katanya. Eksportir membutuhkan 320 ton ganitri sekali kirim. Syaratnya biji ganitri harus cerah. Dibutuhkan saringan untuk menyeleksi biji ganitri dalam 11 kelompok dan menghitung jumlah biji setiap kelas.
Berapa pun harganya, selalu dibayar tunai. Dari setiap kelas yang ia beli, Komari mengutip minimal Rp10 per butir. Setiap musim panen rata-rata ia membeli hingga 1,5 ton ganitri dengan total pembelian seharga Rp600-juta. Sebagai pengepul, laba bersihnya lebih dari Rp100-juta per bulan.
Menurut Indian Times, setiap tahun jutaan biji rudaksa asal Indonesia masuk ke India. Nilai transaksi diestimasi mencapai Rp500-miliar. Kelangkaan dan tingginya kebutuhan itu memunculkan penjual nakal yang memperdagangkan biji ganitri palsu. Tidak semestinya berbisnis pengingat Tuhan kok menyediakan mala palsu. |sumber:tbs
http://korannias.wordpress.com/2007/11/12/mengolah-buah-ganitri-omzet-ratusan-juta-rupiah/